Header Ads

ads header

Breaking News

CONDITIONAL SENTENCE

 CONDITIONAL SENTENCE

Salah satu gaya bahasa yang banyak ditemukan dalam bahasa Alquran adalah gaya bahasa berandai-andai atau lebih dikenal dengan nama gaya bahasa at-tamanny (berangan-angan atau berandai-andai). Basuni Abdul Fattah Fayyud dalam bukunya Ilmu al-Ma’âni memberikan definisi tamanny dengan; “Menuntut datangnya sesuatu yang dicintai, namun sesuatu tersebut tidak akan dapat dicapai dikarenakan mustahil terjadi atau jauhnya kemungkinan terjadi, sehingga tidak mungkin terjadi”. Sayyid Ahmad al-Hasyimi dalam bukunya Jawâhir al-Balâghah memberikan definisi tamanny dengan; “Menuntut datangnya sesuatu yang dicintai yang tidak terlaksana, serta tidak terjadi keberhasilannya, baik disebabkan oleh keberadaannya yang mustahil, ataupun mungkin saja terjadi tetapi sangat sulit sekali, sehingga mustahil terlaksana”. Ahmad Musthafa al-Maraghy dalam bukunya ‘Ulûm al-Balâghah: al-Bayân wa al-Ma’âni wa al-Badî memberikan definisi dengan; “Menuntut terjadinya sesuatu yang dicintai, tetapi sesuatu itu tidak terjadi, dikarenakan mustahil atau mungkin terjadi namun sangat sulit sekali, sehingga menjadi mustahil”.

Piranti gaya Bahasa TAMANNI dalam AL-QUR’AN ada 4 (empat): ليت (laita), لعل   (la’alla),   لو (law),   dan هل   (hal).

 

Gaya bahasa tamanny dengan menggunakan lafadz (laita) antara lain pada firman Allah Swt QS. al-Qashash: 79, يَالَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآأُوتِىَ قَارُونُ (duhai, sekiranya kita mempunyai kekayaan seperti yang telah diberikan kepada Karun). Ayat tersebut mengisahkan kaum Karun yang mempunyai keinginan menjadi orang kaya, seperti kekayaan yang dimiliki oleh Karun. Disebutkan dalam beberapa referensi, bahwa Karun adalah hamba Allah yang hidup pada zaman Nabi Musa a.s. kekayaan Karun dapat dikatakan luar biasa banyaknya jauh melebihi yang dimiliki oleh hamba yang lain sezamannya.

 

Gaya bahasa tamanny yang menggunakan piranti (la’alla) ditemukan dalam QS. al-Mukmin: 36-37 وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَاهَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَّعَلِّي أَبْلُغُ اْلأَسْبَابَ (Dan berkatalah Firaun, "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa). Keinginan yang tidak akan terlaksana pada ayat tersebut adalah harapan Fir’aun agar para pengikutnya membuatkan bangunan yang menjulang tinggi mencapai pintu-pintu langit, dengan harapan ia bisa melihat Tuhannya Musa a.s. Keinginan dan harapan Fir’aun tersebut adalah angan-angan belaka yang tidak akan terwujud dalam kehidupan umat manusia.

 

Gaya bahasa tamanny yang menggunakan piranti (lau) ditemukan dalam ayat Alquran (QS. al-Baqarah: 167) وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ (Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami). Keinginan ini muncul setelah mereka melihat siksa api neraka sebagai balasan dari amal kejelekan yang dilakukan ketika hidup di dunia. Harapan hidup kembali tersebut tentu tidak akan terjadi, dan itu sangat mustahil.

 

Gaya bahasa tamanny yang menggunakan piranti (hal) juga ditemukan dalam ayat Alquran (QS. al-Mukmin: 11) فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِّن سَبِيلٍ Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)? keinginan mereka untuk keluar dari neraka setelah mereka berada di neraka tersebut tidak mungkin terjadi. Keinginan tersebut diucapkan dengan lafadz (hal) apakah ada jalan bagi kami keluar dari neraka? Tentu tidak mungkin, sebab kesempatan hidup di dunia itu hanya sekali, setelah kehidupan di dunia, kelanjutannya adalah kehidupan di akhirat, kehidupan di akhirat tersebut merupakan balasan bagi kehidupan di dunia.

Sebagai kesimpulan, gaya bahasa berandai-andai (tamanny) banyak ditemukan dalam bahasa Alquran, dalam berbagai macam tema, keinginan-keinginan tersebut sebagian besar dapat dipahami sebagai wujud penyesalan, dan berkeinginan untuk memperbaikinya, namun keinginan tersebut tidak akan terjadi dan tidak akan dikabulkan oleh Allah Swt

Sebagai kesimpulan, 

هُوَ ٱلَّذِى يُحْىِۦ وَيُمِيتُ ۖ فَإِذَا قَضَىٰٓ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

Artinya: Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan  sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia.


A.    Pengertian Conditional Sentence

Conditional Sentence (kalimat pengandaian) adalah kalimat yang digunakan untuk menyatakan suatu kejadian yang mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi dimasa yang akan dating.

Conditional Sentence (Kalimat Pengandaian) dalam Bahasa inggris selalu berbentuk kalimat majemuk (Compound Sentence), yaitu kalimat yang terdiri dari Main clause (induk kalimat) dan subordinate clause (anak kalimat).

Main clause (induk kalimat) adalah bagian dari kalimat majemuk yang dapat berdiri sendiri serta memiliki arti yang lengkap jika terpisah dari bagian yang lain dalam kalimat majemuk. Sedangkan subordinate clause (anak kalimat) adalah bagian dari kalimat majemuk yang tidak dapat berdiri sendiri. Bentuk conditional sentence adalah “If-clause + main clause.” Jika diperhatikan, if clause merupakan bagian dari kalimat pengandaiannya. Sedangkan main clause, biasanya berisi konsekuensi atau akibat dari kondisi pengandaian sebelumnya

 

B.    Fungsi Conditional Sentence

Berdasarkan beberapa poin di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa, fungsi conditional sentence adalah untuk menyatakan hubungan sebab-akibat antara suatu kondisi atau situasi tertentu dengan tindakan atau hasil yang mungkin terjadi atau tidak terjadi

 

C.     Jenis-jenis Conditional Sentence

 

Conditional sentence dibagi menjadi 4 jenis. Diantaranya adalah:

 

1.     Conditional sentence type 0

Conditional sentence type 0 atau zero conditional adalah kalimat pengandaian yang paling sederhana. Pengandaian ini digunakan untuk membicarakan hal-hal yang merupakan kebenaran mutlak atau absolut.

Dalam kalimat Conditional sentence type o, tense dalam kedua bagian kalimat adala simple present.

 

if clause (kondisi)

Main clause (hasil/akibat)

If + simple present

simple present

If this thing happens

that thing happens.

 

a.      Sama seperti dalam semua kalimat Conditional, urutan  clause tidaklah tetap. penyesuaikan kata ganti (Pronoun) dan tanda baca saat mengubah urutan clause bisa dilakukan tetapi artinya tetap sama. Dalam kalimat Conditional sentence type o, kita dapat mengganti “IF” dengan “WHEN” karena keduanya menyatakan kebenaran umum. Artinya tidak akan berubah.

 

Contoh :

1.     If you heat ice, it melts

ice melts if you heat it

When you heat ice, it melts

ice melts when you heat it

 

2.     If it rains, the grass gets wet

The grass gets wet if it rains

When it rains, the grass gets wet

The grass gets wet when it rains

 

b.     Zero Conditionla atau Conditional type o juga digunakan untuk membuat pernyataan yang merujuk pada kebenaran umum, misalnya fakta ilmiah. Dalam kalimat-kalimat ini, waktunya adalah sekarang atau selalu dan situasinya nyata dan mingkin terjadi.

Contoh:

-        If you freeze water, it becomes a solid

-        Plants die if they don’t get enough water

-        If my husband has a cold, I usually catch it.

-        If you mix red and blue, you get purple

 

c.      Zero Condition juga sering digunakan untuk memberikan instruksi, menggunnakan imperative atau kalimat perintah (imperative) dalam clause utama.

Contoh:

1.     If Bil phones, tell him to meet me at the cinema

2.     Ask Pit if you’re not sure what to do.

3.     If you want to come, call me before 5:00

4.     Meet me here if we get separated.

 

 

2.     Conditional sentence type 1

→ It is possible and also very likely that the condition will be fulfilled

First conditional sentences are used to express situations in which the outcome is likely (but not guaranteed) to happen in the future.

Conditional sentence tipe 1, atau first conditional sentence adalah bentuk kalimat pengandaian yang digunakan untuk mengungkapkan ketika konsekuensi atau hasilnya memungkinkan untuk terjadi di masa yang akan datang. Hal ini bisa terjadi karena masih realistis atau masuk akal untuk kemungkinan pengandaian itu terjadi. Maka dari itu, first conditional sentence menggunakan kalimat dengan simple future.

 

Rumus:

if Clause (kondisi)

Main clause (hasil/akibat)

If + simple present (V1)

simple future (will) + V1

If this thing happens

that thing will happens.

 

Look at the examples below:

 

  • I will cook dinner tonight if you clean the house.
  • If I have a lot of money, I will go to the Mecca
  • If you rest, you will feel better.
  • If you set your mind to a goal, you will eventually achieve it.
  • If he gives her chocolate, she will be happy.

 

 

3.     Conditional Sentence Type 2

Conditional sentence type 2, atau second conditional sentence adalah kalimat pengandaian yang digunakan untuk mengungkapkan ketika konsekuensi atau hasilnya bisa terwujud walaupun kemungkinannya sangat kecil untuk hal itu terwujud. Second conditional sentence sangat cocok digunakan untuk mengungkapkan mimpi dan angan-angan. Walaupun belum tentu bisa terjadi, tapi bisa juga menjadi kenyataan. Second conditional sentence menggunakan would yang digunakan untuk menjelaskan seberapa besar kondisi tersebut akan terjadi.

 

Rumus conditional tipe 2 adalah sebagai berikut: 

 

if Clause (kondisi)

Main clause (hasil/akibat)

If + past tense (V2)

past future (would) + V1

If this thing happens

that thing will happen.

 

 Contoh kalimat:

a. If I became the President of this country, I would pay more attention to the education sector.

b. If I owned an amusement park, I might open it up to 24 hours. 

c. If I won the lottery, I would go on a trip around the world with you. 

d. I wouldn’t be thinking about it if I were you

e. If I were you, I would continue my study to get a master’s degree.

 

 

4.     Third conditional sentence (Conditional Sentence Type 3)

 

Conditional sentence type 3 atau Third conditional sentence merupakan sebuah kalimat pengandaian ketika sebuah kondisi tidak mungkin terwujud sama sekali. Hal ini bisa digambarkan karena kondisi yang sangat mustahil atau hanya sebuah mimpi atau imajinasi.

 

Type 3 conditional merujuk ke kondisi tidak mungkin di masa lalu dan kemungkinan hasilnya di masa lalu. Kalimat-kalimat ini benar-benar merupakan pengandaian dan tidak nyata karena sudah terlambat untuk dilakukan sekarang dan hasilnya sudah tidak mungkin terjadi. Selalu ada implikasi penyesalan dalam kalimat type 3 conditional. Kenyataannya merupakan kebalikan dari yang dinyatakan oleh kalimat. Dalam kalimat type 3 conditional, waktunya adalah masa lalu dan situasinya merupakan pengandaian atau tidak nyata

 

Dalam tipe kalimat pengandaian yang ketiga ini, bentuk kalimat menggunaka past perfect yang dilengkapi dengan modal auxiliary seperti would. Rumus yang digunakan adalah if + past perfect, would have + past participle.

Contoh kalimat: · If you had remembered to invite me, I would have attended your party. · If I had locked the car, the thief wouldn’t have stolen my car.

Jadi, rumus conditional sentence type 3 :

 

 If + Subject + Had + Verb 3, Subject + Would Have + Verb 3 + Complement.

 If + Subject + (past perfect), Subject + (past future perfect) + Complement.

 

Contoh

If I had worked harder I would have passed the exam.

If I had known you were coming, I would have baked a cake.

I would have been happy if you had called me on my birthday

If you had remembered to invite me, I would have attended your party.

We might have gone to South America if she had not been pregnant.

If you had told me you needed a ride, I would have left earlier.

If I had cleaned the house, I could have gone to the movies.

If she hadn’t taken the course, she wouldn’t have gotten the scholarship.

 

Sama seperti dalam semua kalimat Conditional Sentence, urutan Kalusa tidaklah tetap, Ketika merubah urutan klausanya harus menyesuaiakan kata ganti dan tanda baca, akan tetapi artinya tetap sama.
Contoh

· If it had rained, you would have gotten wet.

· You would have gotten wet if it had rained.

· You would have passed your exam if you had worked harder.

· If you had worked harder, you would have passed your exam.

· I would have believed you if you hadn't lied to me before.

· If you hadn't lied to me before, I would have believed you

 

 

 

 

 

 

Dalam kalimat Conditional type 3, dapat juga menggunakan modal dalam klausa utama dan bukan WOULD untuk menyatakan Tingkat kepastian, izin, atau rekomendasi mengenai hasil atau akibat akhir.

 

Contoh:

· If I had worked harder, I might have passed the exam.

· You could have been on time if you had caught the bus.

· If he called you, you could go.

· If you bought my school supplies for me, I might be able to go to the park

Tidak ada komentar

Terimakasih telah singgah. Silahkan tinggalkan komentar. Semoga bermanfaat.